Beriring sebuah musik yang menjadi latar, kilas perjalanan pulang sedang tergambar, dalam alur-mundur cerita tanpa 'terjal' [1]
Berada dalam suatu ruang, tempat lengkap dengan teman seperjuangan, satu-persatu maju kedepan dalam sebuah kegiatan perkuliahan. Kecuali yang masih di pembaringan, dia masih terbujur diatas lantai depan ruang, melihat kepada mereka semua yang sedang pada antusias terdalam [2]
Suatu 'event' mega besar-besaran, berada dalam tim yang menjadi buron. Ini seperti di CS-online, namun dengan pedih sakitnya terkena tembakan. Mendapat sebuah kesempatan ketika mereka semua terkumpul siap menjadi sasaran, kepala sudah di titik siaga laras panjang, apa daya bisik hati yang hentikan, 'dia' lupa kalau ini hanya permainan [3]
...
[1] Dia sedang menuju ke rumah dikampung halamannya, dalam kilas alur mundur, semua berjalan dalam putar waktu yang berbalik. Tiada halangan yang berarti, kecuali hanya sisa perasaan sesaat dipersimpangan yang dilaluinya itu, memunculkan rasa dilema besar yang mempengaruhi kehidupan nyata.
[2] Suatu ruang dari 4 (empat) tahun yang lalu, sebuah flashback ketika mereka semua dalam suatu pelajaran dimasa 'ini'. Sedangkan dirinya hanya terbaring didepan ruang kelas diatas lantai yang berdebu. Hanya melihat kepada antusias mereka yang semua dalam fokus diam, melihat kepada satu persatu yang maju kedepan untuk meminta kejelasan. Mungkin dalam hatinya, si yang terbaring, dia sangat iri melihat mereka semua, atau bisa jadi tidak, itu semua mungkin hanya sebuah situasi yang paling ingin dia hindari. Sesaat setelah yang berilmu pergi, dia mulai berdiri dan bertanya kepada mereka yang duduk dibelakang ruang, kepada 3 (tiga) orang teman perempuan dari masa 10 (sepuluh) tahun yang lalu.
[3] Disebuah dusun di pedesaan, barangkali ini lebih mirip sebuah map pada suatu permainan yang pernah dia mainkan. Mereka sudah terbagi dalam 2 (dua) kelompok yang akan saling serang. Panik dan was-was seolah terasa seperti kenyataan, dalam fokus yang penuh kehati-hatian, dia sudah berada pada sebuah titik yang tidak mencurigakan, lalu melihat semua lawan sedang berkumpul menyusun bentuk pasukan. Itu adalah sebuah peluang yang sengaja dia lewatkan, atau bisa jadi juga, dia hanya takut untuk menjadi acuan. 06-10-15 | 02:26 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar